Di Balik Pohon Gharqad

Posted on Agustus 3, 2014

9


tree1gharqadPernah dengar kisah tentang bagaimana asal mula jagung jadi bertongkol? Atau pohon kacang yang tumbuh menjulang hingga ke kerajaan raksasa di atas awan? Atau kisah tiga bersaudara (labu, jagung, kacang) yang abadi dalam khasanah legenda suku asli Amerika?

Beberapa tanaman maupun bunga memiliki tempat tersendiri dalam khasanah legenda atau kisah rakyat. Termasuk pohon Gharqad. Bagi yang belum tahu, Gharqad lebih dikenal dengan nama pohon Yahudi. Tanaman ini dipercaya mampu menyelamatkan mereka dari pandangan musuh.

Benar tidaknya klaim tersebut, sebetulnya masih ada celah untuk dipertanyakan. Seandainya situasi yang dihadapi masih di jaman lampau, di mana perangkat perang masih belum secanggih sekarang, sangat memungkinkan bahwa pohon itu bisa melindungi orang di baliknya. Pohon itu termasuk golongan semak rimbun berduri tajam, yang mudah sekali tumbuh, bahkan di lingkungan paling gersang sekalipun, serta sukar ditebas. Jenisnya lumayan banyak. Di internet, pohon itu biasanya diidentikkan dengan tanaman berduri yang disebut Boxthorn, atau dengan sejenis rumpun Acacia yang berduri besar dan runcing. Kalau sudah besar, pohonnya jadi rimbun sekali dan cukup rapat menghalangi pandangan.

Tetapi di masa kini, sepertinya klaim itu tidak lagi terlalu signifikan. Rudal, bom, roket, tentu bisa meluluhlantakkan semak tersebut, cukup dengan sekali gempur. Apalagi jika setiap orang tahu bahwa itu adalah tameng bagi Yahudi, tentu tidak perlu susah-susah mencari persembunyian mereka. Cukup arahkan saja senjata ke barisan pohon tersebut, sudah bisa dipastikan bakal panen korban. Jadi saya sedikit sangsi dengan keefektifan tumbuhan itu sebagai alat perlindungan.

Namun demikian, ada tiga cerita terkait dengan mitos tentang pohon Gharqad, yang bisa kita petik hikmahnya.

Cerita pertama adalah tamsil duri pohon Gharqad. Pohon itu melindungi dirinya sendiri dengan duri serta semak yang rapat, yang akan melukai siapapun yang berniat menghancurkannya. Kalau kita kembalikan pada posisi orang yang diserang, perumpamaannya sangat pas. Mereka yang terbiasa menghadapi mara bahaya, akan mengembangkan sistem pertahanan diri sendiri, yang bisa digunakan untuk balik melukai penyerangnya. Tidak bagus memang, karena melambangkan kekerasan yang dibalas dengan kekerasan. Namun itulah salah satu mekanisme survival.

Cerita kedua, adalah tamsil pohon Gharqad sebagai lambang pemimpin zalim yang kita beri ijin untuk memerintah. Dalam khasanah cerita rakyat Bani Israil, ada satu fabel yang menyertakan tumbuhan semak berduri, yakni fabel Jotham. Dikisahkan, ada tiga tumbuhan yang ditawari mahkota kerajaan, alias tampuk kekuasaan. Tiga pohon tersebut (zaitun, tin, dan anggur) semuanya menolak, karena menganggap kekuasaan tersebut tidak sejalan dengan prinsip mereka yang mengutamakan kebajikan. Sementara semak berduri, yang boleh dibilang tak memiliki manfaat apapun bagi makhluk hidup lain; setuju ketika ditawari. Maka jadilah semak tersebut memiliki kekuatan luar biasa, dan menindas pepohonan lain (ciri khas tanaman semak berduri, seperti jenis Acacia yang bisa merampas lahan tumbuh tanaman lain). Kisah ini menyiratkan pesan, bahwa jika orang baik menolak untuk memegang tanggung jawab atas sebuah negara atau masyarakat, maka orang jahatlah yang akan memanfaatkan peluang itu dan menghancurkan kebaikan. Makanya, pesan sponsor nih. Jangan golput terus ya, hehehehe….. jadi inget Pemilu 😀

Cerita ketiga, ini kisah nyata, yang memberi pelajaran kepada kita untuk tidak selalu memahami sesuatu secara literal. Ini saya dapatkan dari blog ini. Kisahnya demikian: Eli Cohen, seorang mata-mata Israel yang menyusup ke Syiria tahun 1960-an, memanfaatkan pohon untuk mengecoh militer Syiria. Penyamarannya yang bagus membuatnya dipercaya oleh kalangan petinggi militer, dan memungkinkannya mengunjungi Dataran Tinggi Golan, wilayah strategis yang dimiliki militer Syiria. Saat itu adalah masa di mana Syiria terus menggempur pemukiman Israel (tahun 1948-1967).

Karena dipercaya, Eli Cohen dapat melihat di mana saja letak persenjataan Syiria yang dirahasiakan, tempat persembunyian prajurit, termasuk target-target serangan mereka ke Israel. Cohen menganjurkan agar tempat-tempat itu disamarkan dengan tanaman eucalyptus, dengan dalih agar musuh tidak mengira di situ letak persenjataan, dan juga bisa digunakan sebagai tempat berteduh dan persembunyian para tentara Syiria. Ide itu dituruti oleh pemerintah Syiria. Selanjutnya, Cohen mengirimkan berita rahasia kepada Israel agar menggempur dan mengebom setiap tempat yang ditanami pohon eucalyptus. Israel akhirnya mampu menguasai Dataran Tinggi Golan dalam waktu tidak lebih dari dua hari.

Demikianlah, akhirnya boleh dibilang, Israel memang diselamatkan oleh sejenis pohon.